Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Membangun Semangat Literasi dan Budaya Coretan Pena

Sabtu, 10 September 2022 | September 10, 2022 WIB Last Updated 2022-09-10T12:28:43Z



Oleh: Muhammad Ridho (Pimpinan SKM Cabang Medan)

Dijaman teknologi digital saat ini tidak memungkiri manusia (human tecnoligy) dapat dengan mudah mengakses seluruh sesuatu melalui internet ada sekita 10–15 juta Exabyte data yang tersimpan pada database perusahaan google. Ini menjadikan suatu hal dapat memudahkan manusia dalam mencari data ataupun pengetahuan apapun itu.

Dalam hal tersebut, kita dapat dengan muda mempelajari banyak hal dimapun dan kapanpun tergantung kepada niat apakah individualisme bijak dalam memanfaatkan teknologi dalam lingkup internet ini. Hal tersebutlah yang mendorong banyaknya kelompok, komunitas, organisasi, sekolah, dan kampus sedikit menggeser kebiasaan belajar pada awalnya berada diruang kelas menjadi diamana saja dan terhubung menjadi satu dalam suatu forum berbasis internet.

Sistem seperti ini tidak dapat dipandang sebelah mata hanya menitik beratkan kepada ketidak cocokannya sistem belajar ini, segala sesuatu pastinya memiliki sifat positif dan negatif, bahkan batu magnet sekalipun memiliki titik kutup positif dan negatif. Lantas, bagi saya sendiri hanya orang-orang yang serius mengejar ilmu pengetahuanlah yang dapat dengan bijak memanfaatkannya.

Sistem ini juga untuk para pengajar apapun jenis profesinya menjadi tertuntut belajar dalam mengkondisikan siswa atau murid yang diajar memahami apa yang disampaikan dari seorang pengajar dengan hanya bertatapan wajah melalui sebuah layar monitor. Kebiasaan mengajar bertatap wajah ataupun tidak bagi saya sama saja tergantung bagaimana keahlian seorang pengajar dalam memberikan arahan dan pemahaman materi tentang apa yang ia ajarkan kepada peserta didik.

Akan tetapi kemajuan teknologi sekarang ini menjadi tantangan bagi instansi pendidikan yang bertujuan mencerdaskan generasi bangsa, tantangannya adalah pragmatis dan hedonisme anak generasi saat ini. Pergeseran budaya dan kebiasaan generasi lama ke generasi mileniar tentunya juga menggeser prilaku dan kenyaman manusia itu sendiri. Erich Fromm dalam bukunya berjudul “Man for Himself” mengatakan setiap individu tersebut dapat memilih apa yang menjadi kenyamanan dan kebaikan untuk dirinya sendiri, walaupun terkadang dimata publik itu menjadi sesuatu yang tidak baik untuk dirinya sendiri.

Teknologi memudahkan manusia untuk bersikap individualis acuh terhadap publik bahkan acuh terhadap dirinya sendiri. Potensi-potensi terpendam yang ada dalam diri masing individu tertidur dalam gemerlap lampu teknologi yang mana menjadikan manusia malas dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya sendiri.

Dalam hal dan permasalahan inilah Sekolah Kita Menulis Cabang Medan menyadari urgensi pemsalahan tersebut dan mencoba secara pelan-pelan mengajak masyarakat publik untuk megembangkan potensinya dalam hal literasi salah satunya menulis.

Diskusi yang dilakukan oleh Sekolah Kita Menulis Cabang Medan dengan tema “Verba Volant, Scripta Manent (Apa yang diucapkan akan terlupakan, apa yang ditulis akan abadi) mencoba mengajak mahasiswa ataupun pemuda untuk mencoret-coret kembali buku mereka. Tulisan-tulisan tidak hanya ditulis dalam sebuah pesan Whatsapp ataupun buku-buku sekolah dan kuliah akan tetapi mencoba menulis apa yang selama ini terbenak dalam pikiran dan menuangkan pemikiran tersebut dalam tulisan sehingga menjadikan sebuah buku dan meciptakan karya yang nantinya akan dibaca oleh generasi bertahun-tahun yang akan datang.

Dwi Setiawan pimpinan SKM Cabang Langsa yang juga menulis sebuah buku berjudul “Ikhlas Melepasmu” juga berkesembatan menjadi narasumber dalam diskusi tersebut mengatakan “Sebuah karya, dalam hal ini tulisan tidak dapat dikhayalkan akan dibaca oleh banyak orang, filsuf bahkan tokoh intelektual seperti Pramoedya Ananta Toer yang menciptakan banyak buku pada usia muda juga tidak ramai dibaca, akan tetapi masa tua nya menjadi terkenal karena banyak publik yang membaca karangan tulisan ia sendiri. Artinya dalam hal ini saya (Dwi Setiawan) mengatakan buku pertama kawan pastilah banyak kekurangan, akan tetapi buku pertamalah yg akan meyempurnakan buku-buku selanjutnya. Kunci awal adalah berani”.

Narasumber mencoba menjelaskan makna dan esensi dari sebuah karya tulis yang menjadi buku dan dibaca oleh publik, manusia bisa saja melupakan kata-kata yang terucap setelah 6 jam kemudian. Akan tetapi manusia akan sulit melupakan kata-kata yang tertulis dalam sebuah buku karena akan terus tertulis dalam lembaran tersebut dan apabila satu orang yang lupa akan makna dari buku tersebut, akan ada banyak orang yang masih mengingat makna dari sebuah buku tersebut.

Literatur intelektual mencoba menggeser budaya konsumtif masyarakat akan terlenanya dalam hal penggunaan teknologi, semangat literatur harus terus disuarakan oleh oran-orang yang memiliki semangat dan giat literasi.

Justika W. Purba Manager SKM Cabang Medan dan juga penulis sebuah buku berjudul “Ostha” juga mendapatkan kesempatan menjadi narasumber dalam diskusi tersebut. Ia memberikan tips dan motivasi menulis kepada peserta melalui pengalaman seharian narasumber.
“Catatan yang kita tulis dalam sebuah buku harian akan terasa hampa apabila hanya tersimpan bahkan terbuang ketika tidak ditulis, akan tetapi akan lebih nikmat sekali apabila catatan tersebut dibaca oleh banyak orang kesannya kita seperti berbagi cerita kepada yang membaca buku harian kita tersebut. Intinya jangan merasa minder dan tidak percaya diri dan yang paling penting melawan malas yang ada didalam benak kita masing-masing”.

Melalui diskusi tersebut menjadi pembuka kepada publik bahwasayanya masih banyak orang-orang yang peduli kepada literasi dan seyognyanya proses pencerdasan tersebut dimotivasi oleh pemerintahan ataupun instansi terkait agat bersama-sama berupaya mencerdaskan masyarakat Indonesia guna menyongsong semangat Indonesia 2045.
Dalam diskusi tersebut akan ada Rencana Tindak Lanjut (RTL) dari SKM Cabang Medan, yaitu dengan melakukan pelatihan menulis bagi pemuda dan masyarakat dengan harapan pelatihan tersebut dapat membiasakan pemuda dan mahasiswa untuk menulis dalap genre apapun itu akan tetapi masih dalam lingkup literasi.
Tidak hanya pelatihan menulis, SKM Cabang Medan juga melakukan diskusi lanjutan dalam waktu yang akan ditentukan internal SKM Cabang Medan itu sendiri, diskusi-diskusi berbagi pengetahuan adalah metode pendidikan yang pernah diterapkan oleh Scorates filsuf yunani kuno pada masanya, sehingga pembelajaran tidak hanya satu garis dialog antara murid dan guru, akan tetapi guru dalam hal ini narsumber manjadi stimulus memancing topik kepada peserta dan menyulut api yang menjadikan peserta mengemukakan argumen pendapatnya masing-masing.

Literatur membudayakan membaca buku seyogyanya juga akan dilakukan SKM Cabang Medan itu sendiri sebagai nutrisi otak yang nikmati untuk dikonsumsi otak dan menjadikan buah pikir nalar yang hidup dalam beragumen maupun bertindak melalui dasar sehingga berlandasan.
 
Data Penulis

  • Nama : Muhammad Ridho Pratama Oktaviansya
  • TTL : Jambi, 04 Oktober 1998
  • Agama : Islam
  • Status : Mahasiswa S1 Ekonomi UISU
  • Alamat : Jl. STM, Sitirejo 2, Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara