Oleh Annisa Purnama Edward
Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Banda Aceh
Baru-baru ini terjadi aksi demo di Serbia, khususnya di kota Belgrade. Para pendemo beruhasa untuk menyerbu gedung parlemen Serbia.
Aksi unjuk rasa yang diikuti oleh ribuan orang ini dipicu oleh rasa kecewa warga Serbia terhadap pemerintahnya.
Aksi protes yang berlangsung cukup kacau tersebut berawal dari kekesalan warga karena kepemimpinan Aleksander Vucic yang dianggap semakin otoriter saja. Vucic dinilai sangat tidak kompeten dalam mengatasi penyebaran virus corona di Serbia.
Ditengah pandemi corona yang masih terus menyebar, Vucic memutuskan untuk mencabut lockdown di Serbia agar bisa melaksanakan pemilu pada tanggal 21 Juni lalu, hasilnya dari pemilu tersebut dimenangkan dengan telak oleh partainya.
Massa pertama kali melakukan aksi unjuk rasa setelah dikeluarkannya kebijakan untuk memberlakukan jam malam dalam rangka mengatasi virus corona gelombang kedua. Walaupun pada akhirnya rencana tersebut dibatalkan, namun massa tetap saja tidak menghentikan aksi demo.
Dalam mengatasi aksi demonstrasi, para polisi yang bertugas awalnya hanya menggunakan perisai untuk menetralisir pendemo. Seiring berjalannya waktu, para pendemo mulai rusuh dimana mereka mulai melemparkan batu, kayu, serta beberapa benda keras lain ke arah polisi, sehingga akhirnya para polisi mulai melontarkan gas air mata. Bahkan di beberapa vidio yang beredar di media sosial dapat dilihat bahwa polisi tersebut mulai mengejar dan memukuli warga di sekitar.
Pemerintah Serbia telah
mengambil langkah yang cukup fatal kesalahannya, karena mencabut lockdown di tengah adanya pandemi corona yang masih berlangsung demi menggelar pemilu, sehingga menimbulkan reaksi buruk dari warga.
Aksi protes tersebut sangat disayangkan terjadi karena hanya akan menambah kekacauan dan kerusakan serta akan meningkatkan penyebaran virus corona.
Polisi yang bertugas harusnya bisa lebih baik lagi dalam menangani massa pendemo, dan tidak memukuli warga yang tidak ada kaitannya dengan kericuhan.