Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Rencana Penghancuran

Selasa, 25 Januari 2022 | Januari 25, 2022 WIB Last Updated 2022-01-25T13:20:09Z


Sudah kuceritakan kepadamu perihal persoalan yang membuatku kehilangan kebahagiaan sedari kecil. Aku ceritakan bahwa orang tuaku bercerai setelah ibuku mengetahui kalau ayahku berselingkuh. Tetapi aku tidak mengutarakan kalau wanita selingkuhan ayahku adalah ibumu. Aku tak ingin kau tahu kalau permasalahanku itu terkait denganmu, sebab kau bisa membaca rencanaku untuk membuatmu merasakan hal yang sama.

Tentu hubungan kita bukan berdasarkan ketulusan hatiku. Kita memang telah resmi menjadi sepasang kekasih, tetapi aku sama sekali tidak mencintaimu. Yang sebenarnya, aku sengaja mendekatimu untuk membalaskan dendamku yang menggunung. Aku ingin menghancurkan kehidupanmu dengan membuat kedua orang tuamu bercerai. Aku mau kau merasakan penderitaan yang selama ini kurasakan akibat perceraian orang tuaku.

Dengan kebersamaan kita, aku pun bisa memastikan kalau rencanaku berjalan mulus. Hari demi hari, kau terus menuturkan keluhan-keluhanmu kepadaku terkait ketidakharmonisan ayah dan ibumu. Kau mulai dengan membaca bahwa mereka saling mendiamkan dan mengabaikan. Kau lalu mulai mendengar mereka mempercekcokkan perkara sepele. Hingga akhirnya, kau mulai sering melihat mereka beradu fisik, seolah-olah mereka tak mungkin lagi berdamai.

Setiap kali mereka bertikai, ibumu akan menjadi pihak yang kalah. Ia bahkan kerap mendapatkan luka di tubuhnya. Karena itu, kau merasa sangat kasihan kepadanya. Kau merasa duniamu hancur melihatnya tersiksa akibat tindakan ayahmu sendiri. Tetapi sebaliknya, kenyataan itu adalah kabar baik bagiku. Bagaimanapun, ia adalah wanita yang dahulu menggoda ayahku hingga berpaling dari ibuku. Ia adalah wanita yang membuat orang tuaku bercerai setelah perkelahian hebat yang membuat ibuku masuk rumah sakit dan ayahku masuk penjara.

Ibumu memang tampak berubah sikap setelah orang tuaku bercerai. Atas kemampuannya untuk mengelak dari tuduhan perselingkuhan dengan ayahku, ia terus saja hidup secara baik dengan ayahmu, seolah-olah dosanya terhadap perpisahan ayah dan ibuku terhapus begitu saja. Aku tentu tidak bisa terima, hingga aku bertekad untuk membalasnya. Aku ingin ia menderita juga dengan jalan cerita yang sama dengan penderitaan ibuku.

Atas cita-cita itu, aku jadi sangat senang mendengar kabar pertengkaran ayah dan ibumu. Aku bahkan berharap hubungan mereka makin buruk, sehingga kalian merasakan pahitnya hidup di dalam rumah tangga yang tidak harmonis. Sampai akhirnya, pada saat sore, dua hari yang lalu, kau pun mengajakku ke pantai favoritmu. Kau mengaku ingin bercerita perihal hubungan mereka. Kau seolah ingin meringankan bebanmu dengan meluruhkannya kepadaku.

"Aku tahu akar masalah mereka sekarang," tuturmu kemudian. Tampak kesal. "Tadi, setelah mereka kembali bertengkar, ibuku menceritakan kepadaku kalau ayahku telah berselingkuh dengan seorang wanita muda."

"Kau serius?" selisikku, seolah-olah tidak percaya.

Kau lantas mengangguk dengan raut kecut. "Aku sungguh tak menduga bahwa ayahku akan berselingkuh. Ia seorang pejabat dan tokoh agama. Ia jelas-jelas membayakan nama baiknya sendiri dan nama baik kami juga."

Diam-diam, aku sungguh senang mendengar kekecewaan dan kekhawatiranmu itu. "Lalu, kira-kira, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa mereka masih mungkin untuk terus mempertahankan hubungan?" tanyaku, sekenanya.

Kau kemudian mendengkus pulu. "Entahlah. Tetapi kukira, mereka memang sulit untuk kembali saling menyayangi dan hidup harmonis. Kalau dipaksakan untuk bertahan, mereka mungkin hanya akan terus saling melukai."

Di dalam hati, aku sangat berharap mereka segera bercerai. "Memangnya, apa pendapat ibumu? Apa ia tetap ingin bertahan atau memilih untuk bercerai?"

Kau lantas mengangkat bahu. "Aku tak tahu, sebab ia pun bimbang menentukan sikap." Kau kemudian merebahkan tubuhmu di atas pasir. "Dahulu, aku tak bisa menerima kalau mereka bercerai. Tetapi kini, demi kebaikan kami masing-masing, aku pasrah saja, meski itu tetaplah jalan keluar yang buruk."

Aku mengangguk-angguk saja, sembari mengkhayal-khayalkan kekacauan hidupmu di hari-hari esok.

"Kini, aku benar-benar bisa memahami perasaanmu dahulu, ketika orang tuamu terus-menerus bertikai karena kehadiran orang ketiga. Itu sungguh sangat memilukan," tuturmu, dengan wajah penuh kesedihan.

Dengan topeng kepalsuan, aku pun berpesan sok bijak, "Bersabarlah."

Kau hanya terdiam dan memandang kosong pada langit yang muram.

Sore itu pun berlalu dengan kesenanganku atas kesedihanmu.

Sampai akhirnya, kemarin malam, kau meneleponku sambil menangis. Kau mengatakan telah menemukan ibumu terbaring lemah di dalam kamarnya, dengan tubuh yang kejang dan mulut yang berbusa. Kau mengabarkan bahwa ibumu mencoba mengakhiri hidupnya sendiri dengan menenggak racun. Kau mengaku menangani sendiri kepelikan itu, tanpa memberitahukan ayahmu yang kau taksir tengah bersenang-senang dengan selingkuhannya.

Dengan sikap yang pura-pura peduli, aku pun menyusulmu ke rumah sakit. Aku ingin melihat ibumu meregang nyawa, hingga kau berduka seumur hidupmu.

"Bersabarlah. Aku yakin, ibumu akan baik-baik saja," kataku kemudian, dengan harapan sebaliknya.

Kau malah terus mengurai air matamu, seolah kehilangan harapan. "Aku tidak akan bisa memaafkan ayahku atas kejadian ini. Ia benar-benar telah menghancurkan perasaan ibuku," tuturmu, dengan penuh kegetiran.

Diam-diam, aku merasa senang melihat kau membenci ayahmu yang telah dibutakan oleh selingkuhannya, sebagaimana aku membenci ayahku.

Kau lantas mengusap air matamu dan mencoba menenangkan diri. Kau lalu berucap kesal, "Aku akan membuat perhitungan dengan wanita selingkuhan ayahku itu. Aku akan mencari tahu tentang dirinya dan membuat hidupnya sengsara, selama-lamanya."

Seketika juga, aku merasa senang telah berhasil menanamkan dendam di dalam hatimu, sebagaimana dendamku kepada ibumu sedari dahulu.

Detik demi detik kemudian berlalu dengan kekacauan hati dan pikiranmu.

Hingga akhirnya, setelah menyaksikan bahwa rencanaku hampir sempurna, aku pun mulai menghapus jejakku dalam penghancuran keluargamu. Lewat sambungan telepon, aku lalu memutuskan kerja sama dengan seorang wanita yang sengaja kubayar untuk menggoda ayahmu hingga menyelingkuhi ibumu. Aku merasa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik, sehingga aku harus memberhentikannya sebelum kau memulai penyelidikanmu. Apalagi, aku memang sudah tak sanggup untuk membayar jasanya yang mahal.

Dan akhirnya, aku dan sang wanita bayaran itu sepakat untuk tidak lagi saling berhubungan.

Tetapi kemudian, aku malah menyaksikan keadaan yang membahayakan. Malam ini, ketika aku melakukan pemantauan secara mandiri terhadap kehidupan ayahmu, aku pun terkejut setelah melihat ia menjemput sang wanita mantan suruhanku itu. Mereka lantas beranjak ke tengah kota dan berhenti di sebuah restoran yang mewah. Mereka tampak seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Karena itu, aku jadi sangat khawatir kalau-kalau kau memergoki perselingkugan mereka dan berhasil membongkar keterlibatanku dalam pertikaian orang tuamu.

Akhirnya, setelah pertimbangan yang matang, aku berencana beranjak ke pulau seberang dan meninggalkanmu sekalian dengan kehidupanmu yang kacau. Aku berharap kepergianku sebagai kekasihmu akan membuatmu benar-benar terpuruk, tanpa peduli apakah kau akan tahu atau tidak perihal keterlibatanku dalam kehancuran keluargamu.***

Ramli Lahaping. Kelahiran Gandang Batu, Kabupaten Luwu. Berdomisili di Kota Makassar. Menulis di blog pribadi (sarubanglahaping.blogspot.com). Telah menerbitkan cerpen di sejumlah media daring. Bisa dihubungi melalui Instagram (@ramlilahaping).

Oleh: Ramli Lahaping
Alamat Anda: Kota Makassar
ramli.fhuh@gmail.com
(-) 082189466674