Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

BIMBINGAN BELAJAR ANAK DENGAN DISLEKSIA DI MASA PANDEMI (Praktikum ilmu Kesejahteraan sosial FISIP USU)

Kamis, 10 Juni 2021 | Juni 10, 2021 WIB Last Updated 2021-06-10T04:00:22Z


Oleh : Nenci Junisas
Mahasiswa Kesejahteraan Sosial FISIP USU

Sudah hampir dua tahun pandemi covid-19 melanda indonesia, yang menyebabkan sampai pada hari ini sebagian besar masyarakat indonesia masih melakukan adaptasi kegiatan work from home(bekerja dari rumah) semuanya dilakukan dari rumah termasuk juga kegiatan belajar mengajar, misalnya sekolah-sekolah pada saat ini menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh untuk zona merah dan oranye, dan bagi zona hijau melakukan pembelajaran dengan sistem shift. Tujuan dari penerapan sistem pembelajaran jarak jauh ini adalah untuk memastikan bahwa setiap anak terpenuhi hak nya dalam mendapatkan layanan pendidikan pada masa pandemic covid-19.

Dalam masa pembelajaran jarak jauh dan sistem shift yang dilakukan oleh pihak sekolah, banyak anak-anak yang mengalami gangguan juga kesulitan dalam mengikuti pembelajaran terlebih lagi bagi anka-anak yang mengalami gangguan/kesulitan belajar(disleksia), dimana anak dengan gangguan/kesulitan belajar ini membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai pelajaran dibandingkan dengan anak yang normal. Sedangkan seperti yang kita ketahui bahwa dalam pembelajaran sistem jarak jauh atau yang lebih sering dikatakan daring maupun shift proses pembelajarannya sangatlah cepat dan juga minim interaksi, Alhasil menyebabkan anak- anak dengan gangguan belajar kebingungan dengan pembelajaran dan menunjukkan perilaku menolak untuk belajar seperti tidak ingin pergi kesekolah.

Hal tersebut yang mendorong saya Nenci Junisas mahasiswi praktikum I Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU dengan pembimbing bapak Agus Suryadi, S.Sos, M.si yang melaksanakan praktikum di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tenggara, Tanah Merah, Badar, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, Memberikan bibingan belajar kepada anak dengan disleksia di masa pandemic covid-19

Saya melakukan kegiatan praktikum di Kantor Di Kantor Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tenggara , yang dimulai sejak tanggal 13 Maret 2021 sampai tanggal 8 Juni 2021. Kegiatan dimulai dengan membantu di bagian administrasi seperti, menginput dan memperbaiki data terpadu kesejahteraan sosial; mengimput data penerima bantuan sosial bagi lansia dan penyandang disabilitas yang terdampak pandemic covid-19; mengetik surat yang diperlukan oleh masyarakat, kemudian mengikuti pemberian bantuan kepada korban bencana kebakaran, bertugas sepagai penerima tamu, mengikuti kegiatan sosialisasi bencana tagana (taruna siaga bencana) ke sekolah-sekolah yang rawan mengalami bencana, mengikuti kegiatan kunjungan rutin kepada klien kembar siam.

Terkait upaya pemberian bimbingan belajar anak dengan disleksia yang dimulai pada akhir Maret 2021, saya menggunakan tahapan sosial casework kepada seorang anak, yaitu anak perempuan bernama NL, berusia 8 tahun, yang sedang menempuh pendidikan di bangku kelas 3 sekolah dasar dimana sang anak sama sekali belum dapat membaca. Sehubungan dengan upaya pemberian pertolongan melalui metode casework, saat melakukan treatment saya mengadopsi pendapat Max Siporin (1975) dalam buku metode intervensi sosial dengan individu oleh Dr. Pairan, M.Si, yang berpendapat bahwa struktur proses pertolongan dalam proses praktek pekerja sosial dengan individu terdiri dari: pelamaran(engagement), pengungkapan dan pemahaman masalah( assessment), pendefenisian masalah(the definition of problem), penentuan tujuan-tujuan(setting of goals), menyeleksi metode alternative dan metode intervensi awal, penciptaan suatu kontrak, pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, evaluasi, dan terminasi.

1. Tahap pelamaran(engagement)

Untuk proses awal ini praktikan yang mencari klien nya sendiri di lingkungan sekitarnya yaitu anak perempuan berinisial NL (8 tahun)

2. Assessment

Setelah praktikan menemukan klien yang bersedia untuk diberi pertolongan, kemudian praktikan melakukan assessment untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dan menyadarkan klien tentang masalah yang sedang dihadapinya, untuk itu praktikan menggunakan beberapa tools assessment, yaitu :tools wawancara dengan mewawancarai ibu dari klien dan juga mewawancarai klien; eco map dan; napoleon hills. Berdasarkan hasil assessment maka didapatkah hasil mengapa klien sampai saat ini belum bisa membaca, yaitu sebagai berikut:

a. Berdasarkan dari keterangan orang tua klien yang sering mengajari klien di rumah, walaupun klien sudah diajari berkali-kali tentang huruf, dalam sekejap huruf tersebut bisa lupa.

b. Berdasarkan pemaparan klien kenapa dia susah mengenal huruf dikarenakan huruf tersebut terlihat sama dan semerewut , oleh karenanya dia tidak dapat membedakannya juga dia cepat lupa dengan huruf informasi yang baru dia dapatkan.

Menurut teori psikologi tentang ingatan oleh atkinson-shiffrin theory, yang menyatakan bahwa hal yang dialami klien bisa termasuk kedalam penyimpangan ingatan yang melibatkan 3 sistem yang berbeda yaitu: 1). Ingatan sensosris: waktu persekian detik sampai beberapa detik; 2). Ingatan jangka pendek: rentang waktu sampai 30 detik, dan; 3). Ingatan jangka panjang: rentang waktu seumur hidup. Kemungkinan klien mengalami masalah di short-term memory atau ingatan jangka pendek berdasarkan hasil wawancara. Maka dari itu, menurut teory ini hal-hal yang dapat dilakukan adalah mengajarkan/mengenalkan huruf dengan melibatkan beberapa sessor seperti visual, dan audio juga harus dilakukan pengulangan pengenalan huruf agar informasi tersebut kemudian dapat dipertahankan dalam rentang waktu yang tidak terbatas.

3. Pendefinisian masalah

Masalah yang dihadapi klien adalah kesulitan dalam mengenal, mengelompokkan, juga mengingat huruf sehingga menyebabkan nya belum dapat membaca hingga pada saat ini.

4. Penentuan tujuan-tujuan( setting of goals)

Dimana goals dari pertolongan ini adalah membantu klien untuk mengenal huruf dan membaca

5. Menyeleksi metode-metode alternative dan model intervensi

Metode yang digunakan dalam proses pemberian pertolongan, yaitu:

a. Mengajar klien melalui stimulus kartu huruf juga bantuan game belajar huruf

b. Mengajar klien dengan klien menulis di buku atau media lainnya.

6. Penciptaan kontrak

Untuk kontrak tersendiri, telah dilaksanakan bersamaan ketika wawancara dengan orang tua dari klien/ibu klien.

7. Pelaksanaan kegiatan

Adapun kegiatan yang dilakukan untuk menangani permasalahan si anak adalah sebagai berikut:

1. Belajar menggunakan kartu huruf , merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang selama proses pembelajaran yang bertujuan agar anak dapat meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal huruf dam meahami abjad melalui pengalaman belajar mereka, metode kartu huruf ini berupa kartu-kartu yang didalamnya terdapat symbol atau tulisan huruf .

2. Belajar mengenal huruf dengan cara meminta anak untuk menuliskan kata di kertas serta melafalkannya secara berulang-ulang, hal ini bertujuan ketika sang anak menuliskan huruf maka fungsi motoric, visualnya, dan audio dikombinasikan untuk melatih si anak melafalkan disini fungsi audionya yang berfungsi sehingga informasi yang didapatkan melalui sistem sensorik tersebut dapat tersimpan pada ingatan jangka panjang nya jika dilakukan secara berulang –ulang

3. Belajar menggunakan aplikasi game belajar anak di smarthphone, zaman yang telah berubah secara cepat telah memaksa masyarakat untuk dapat menakhlukkan tekhnologi terbukti dengan setiap individu dalam suatu keluarga pasti memiliki smartphone begitu juga dengan keluarga dari klien, hal tersebut juga berpengaruh kepada anak-anak dimana anak-anak cenderung lebih senang belajar lewat aplikasi game yang ada dalam smarthphone. Pemanfaatan tekhnologi ini memiliki berbagai manfaat seperti,vitur dapat mengeluarkan bunyi dan gambar mengenai huruf tersebut.

8. Evaluasi

Setelah dilaksanakannya metode pendampingan belajar pada anak, yang bertujuan agar klien dapat mengenal huruf dan membaca, meskipun cara pendampingan yang dibutuhkan cukup lama, saya rasa bahwa cara ini cukup membantu dalam mengajarkan anak mengenal huruf walaupun sampai pada saat terminasi dilakukan, klien masih sampai tahap pengejaan huruf, yang berati bahwa tujuan pemberian ttreatment ini telah tercapai.

9. Terminasi

Sehubungan dengan berakhirnya masa praktikum, juga klien telah dapat mengenal dan mengeja huruf yang mengindikasikan bahwa goals yang telah ditetapkan telah tercapai. Maka saya melakukan pemutusan hubungan dengan klien dengan menyerahkannya kepada orang tua kemudian kembali mengingatkan orang tua agar sang anak diharuskan mengulangi setiap pembelajarannya dirumah begitu juga terkait pengenalannya dengan huruf.

Pada akhir praktikum yang telah dilaksanakan saya berharap agar keluarga yang mempunyai anak dengan kesulitan belajar (Disleksia) dapat dengan sabar mendampingi mereka dalam belajar ataupun mengajari mereka secara berulang-ulang. Saya juga berharap agar stigma yang ada dalam masyarakat yang mengecap mereka bodoh ataupun malas dapat berubah.