Sebuah studi baru mengungkapkan temuan menarik mengenai dampak penggunaan kecerdasan buatan (AI) terhadap otak manusia. Dilansir dari laman scientificamerican.com pada Kamis (17/7/2025), penelitian tersebut menunjukkan bahwa penggunaan ChatGPT untuk tugas kreatif dapat memengaruhi konektivitas otak, bahkan setelah pengguna berhenti mengandalkan alat tersebut. Temuan ini memicu kekhawatiran di kalangan ilmuwan mengenai potensi melemahnya kreativitas.
Dampak pada Konektivitas Otak
Hasil penelitian menunjukkan sebuah fenomena yang signifikan. Ketika para peserta yang awalnya menggunakan ChatGPT untuk menulis esai mereka kemudian beralih untuk menulis tanpa bantuan alat online apa pun, konektivitas otak mereka memang meningkat. Namun, peningkatannya tidak mencapai tingkat yang sama seperti pada peserta yang sejak awal menulis tanpa bantuan alat AI.
Ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada AI untuk tugas-tugas kreatif mungkin memiliki efek sisa pada fungsi otak, di mana otak tidak “pulih” sepenuhnya ke kapasitas kreatif aslinya setelah berhenti menggunakan alat tersebut.
Kekhawatiran Melemahnya Kreativitas
Temuan ini sejalan dengan kekhawatiran yang telah lama disuarakan oleh para peneliti kreativitas. Adam Green, salah satu pendiri Society for the Neuroscience of Creativity dan seorang ahli saraf kognitif di Georgetown University, Washington DC, memberikan pandangannya.
“Bukti ini sejalan dengan kekhawatiran yang dimiliki banyak peneliti kreativitas tentang AI, bahwa penggunaan AI yang berlebihan, terutama untuk menghasilkan ide, dapat menyebabkan otak menjadi kurang terlatih dalam mekanisme inti kreativitas,” kata Adam Green.
Perspektif Optimis dari Dunia Pendidikan
Meskipun demikian, tidak semua pakar memandang AI dengan pesimisme. Guido Makransky, seorang psikolog pendidikan di University of Copenhagen, berpendapat bahwa alat seperti chatbot bisa menjadi tutor yang efektif dan dipersonalisasi jika digunakan dengan benar. Menurutnya, alat ini bekerja paling baik ketika berfungsi untuk memandu siswa dengan mengajukan pertanyaan reflektif, bukan sekadar memberikan jawaban.
Mengenai studi tersebut, Makransky mengakuinya sebagai karya yang menarik. Namun, ia memberikan catatan kritis. “Ini adalah tulisan yang menarik, dan saya bisa mengerti mengapa ini mendapat begitu banyak perhatian,” kata Makransky. “Tetapi di dunia nyata, siswa akan dan seharusnya berinteraksi dengan AI dengan cara yang berbeda.”




