BERAWANGENWS – Indonesia kini menduduki peringkat ke tujuh dalam daftar adopsi kripto global sebuah penurunan yang mengejutkan dari posisi lima besar tahun sebelumnya Laporan terbaru dari Chainalysis mengungkap dinamika baru dalam lanskap kripto dunia di mana persaingan semakin sengit terutama di kawasan Asia-Pasifik
India memimpin perlombaan diikuti oleh Amerika Serikat Pakistan dan Vietnam Brasil serta Nigeria berada tepat di atas Indonesia menunjukkan bahwa adopsi kripto tidak lagi didominasi oleh pemain lama
Asia-Pasifik tetap menjadi pusat pertumbuhan kripto global dengan lonjakan transaksi on-chain sebesar 69 persen Namun perubahan metodologi dalam laporan Chainalysis tahun ini memberikan dampak signifikan pada peringkat Indonesia
Penambahan sub-indeks aktivitas institusional yang mencakup transaksi di atas US$1 juta menguntungkan negara-negara dengan ekosistem keuangan yang mapan Sementara itu penghapusan sub-indeks DeFi ritel yang sebelumnya menjadi kekuatan Indonesia menuai kritik
Menurut pengamat kripto Vinsensius Sitepu penghapusan indikator DeFi memberikan gambaran yang tidak lengkap tentang adopsi kripto di negara berkembang seperti Indonesia DeFi justru menjadi pintu masuk utama bagi jutaan pengguna ritel
Perubahan metodologi ini dinilai menguntungkan negara dengan basis institusi besar sementara Indonesia kehilangan daya saingnya Meski demikian Indonesia masih memiliki peluang untuk mengimbangi dengan memperkuat sektor institusional dan membuka peluang hadirnya ETF kripto di bursa lokal
Dengan mendorong peningkatan jumlah dan aktivitas akun institusional serta memberikan jalur yang aman dan legal bagi investor institusional Indonesia dapat memperkuat posisinya dalam adopsi kripto global
Langkah ini akan melengkapi kekuatan ritel yang sudah mapan dengan dukungan institusional yang solid menciptakan ekosistem kripto yang lebih seimbang dan berkelanjutan Masa depan kripto Indonesia masih menjanjikan asalkan strategi yang tepat diambil untuk mengatasi tantangan yang ada
