Fenomena doomscrolling, atau tindakan terus-menerus mengonsumsi berita negatif, telah menjadi kebiasaan yang mengkhawatirkan di tengah masyarakat modern. Para ahli kesehatan mental memperingatkan bahwa perilaku ini berdampak signifikan terhadap peningkatan tingkat kecemasan dan masalah psikologis lainnya. Sebuah studi terbaru dari American Psychiatric Association (APA) mengonfirmasi tren ini, mengungkap bahwa 43% orang dewasa pada tahun 2024 merasa lebih cemas dibandingkan dua tahun sebelumnya.
Dilansir dari analisis GoodTherapy, kebiasaan ini muncul dari naluri alami otak untuk terus waspada terhadap ancaman. Namun, jika tidak dikendalikan, doomscrolling dapat merusak kesehatan mental secara serius.
Dampak Nyata pada Kesehatan Fisik dan Mental
Paparan konstan terhadap berita yang menyedihkan tidak hanya berdampak pada perasaan cemas sesaat. Ada beberapa efek negatif jangka panjang yang dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, antara lain:
- Penundaan Tidur (Sleep Procrastination). Menelusuri berita negatif di malam hari dapat mengganggu pola tidur sehat. Akibatnya, suasana hati dan fungsi kognitif pada keesokan harinya bisa menurun drastis.
- Melemahnya Hubungan Sosial.Energi mental yang terkuras untuk mencerna berita buruk membuat seseorang tidak memiliki tenaga untuk berinteraksi dan membangun kembali koneksi dengan keluarga serta teman.
- Menurunnya Aktivitas Fisik. Menghabiskan waktu berjam-jam di dalam ruangan untuk doomscrolling membuat tubuh kurang bergerak dan tidak mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup. Hal ini secara langsung dapat memengaruhi suasana hati dan kesehatan mental.
Mitos Konsumsi Berita yang Perlu Diketahui
Banyak orang merasa terjebak dalam siklus berita negatif karena kesalahpahaman umum. Para ahli menyoroti beberapa mitos yang perlu diluruskan untuk membantu masyarakat mengonsumsi informasi secara lebih sehat:
Mitos 1: Tetap terinformasi butuh perhatian terus-menerus. Faktanya, seseorang dapat tetap teredukasi dengan memilih waktu dan sumber berita secara bijaksana tanpa harus memantau setiap saat.
Mitos 2: Semua berita menyajikan gambaran utuh. Setiap berita, artikel, atau judul utama tidak pernah melukiskan cerita yang lengkap. Penting untuk mencari beragam perspektif dan memahami bahwa tidak ada satu sumber pun yang memegang semua informasi.
Mitos 3: Tidak boleh mengambil jeda dari berita. Memberi diri sendiri waktu untuk belajar, ruang untuk menyerap informasi, dan jeda untuk beristirahat adalah kunci untuk melindungi kesehatan mental di tengah arus informasi yang deras.
Cara Mengelola Kecemasan Akibat Berita
Meskipun sulit untuk sepenuhnya menghindari berita, setiap individu dapat mengambil langkah proaktif untuk melindungi kesejahteraan mentalnya. Berikut adalah beberapa tips yang disarankan:
- Sadari Batasan Diri: Ambil jeda, senyapkan notifikasi, atau berhenti mengikuti akun yang terus-menerus menyajikan konten negatif.
- Berpartisipasi di Komunitas: Alihkan energi dengan berinvestasi waktu atau sumber daya pada kegiatan sosial yang bermakna di lingkungan sekitar.
- Gunakan Suara Anda: Bersuara dan bertindak terhadap peristiwa atau ketidakadilan yang meresahkan dapat menjadi cara yang memberdayakan.
- Akui Perasaan Anda: Jangan abaikan perasaan yang muncul. Pelajari mekanisme koping yang sehat dan jangan ragu mencari bantuan profesional seperti terapi jika diperlukan.
- Prioritaskan Kesehatan Holistik: Jaga kesehatan fisik, mental, spiritual, dan psikologis secara seimbang untuk membangun ketahanan diri.


