BERAWANGNEWS – Sinyal positif bagi perekonomian nasional, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 melonjak ke level 51,5. Data yang dirilis S&P Global ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 2,3 poin dibandingkan bulan sebelumnya, mengakhiri periode kontraksi selama lima bulan berturut-turut. Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menyambut baik kabar ini sebagai indikasi kepercayaan pelaku industri yang semakin menguat.
Kenaikan PMI ini didorong oleh lonjakan pesanan baru, baik dari pasar domestik maupun ekspor. Aktivitas produksi juga mengalami peningkatan signifikan, mengembalikan kapasitas produksi industri ke level ekspansif. Perusahaan bahkan mulai menambah tenaga kerja dan meningkatkan pembelian bahan baku.

"Kami melihat ini sebagai pemulihan kinerja manufaktur nasional," ujar Agus dalam keterangannya. "Peningkatan ini didorong oleh bertambahnya pesanan baru, baik itu dari pasar domestik maupun ekspor, serta juga meningkatnya aktivitas pada produksi."
Secara rinci, pesanan baru melonjak 4,0 poin menjadi 52,3, sementara pesanan ekspor baru naik 2,8 poin menjadi 51,2. Aktivitas produksi naik 3,6 poin menjadi 52,6. Hal ini juga tercermin dari indeks employment yang naik menjadi 50,4, serta peningkatan aktivitas pembelian bahan baku yang naik 3,1 poin ke level 51,6.
Namun, Agus mengingatkan pentingnya stabilitas nasional untuk menjaga tren positif ini. Kondisi yang kondusif sangat dibutuhkan agar industri dapat beroperasi dengan optimal. "Situasi yang mengarah ke destabilisasi, makar, atau kerusuhan dikhawatirkan akan menurunkan kembali tingkat optimisme para pelaku industri," tegasnya.
Agus juga menekankan bahwa Kementerian Perindustrian (Kemenperin) lebih mengandalkan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) sebagai tolak ukur utama, karena melibatkan responden yang lebih besar. IKI pada Agustus 2025 tercatat 53,55, meningkat 0,66 poin dibandingkan Juli 2025.
Meskipun demikian, PMI manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 berhasil melampaui beberapa negara maju seperti Prancis, Jerman, dan Jepang. Hal ini menjadi sinyal positif bahwa sektor industri manufaktur tetap tangguh dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi nasional.
"Kementerian Perindustrian berkomitmen untuk mewujudkan arahan Bapak Presiden Prabowo, bahwa Indonesia akan tumbuh menjadi negara industri yang kuat dan tidak kalah dengan negara lain," tutur Agus.
Penguatan IKI bulan Agustus didukung oleh peningkatan indeks pesanan yang naik 2,98 poin ke 57,38 dan persediaan produk meningkat 2,05 poin menjadi 57,04.
Menperin optimis bahwa pelaku industri akan tetap percaya diri terhadap prospek pertumbuhan produksi. Pemerintah melalui Kemenperin akan terus memperkuat kebijakan hilirisasi, mendukung inovasi, dan membuka akses pasar yang lebih luas.