BERAWANGENWS – Kabar mengejutkan datang dari jaringan restoran pizza global, Domino’s Pizza. Perusahaan terpaksa menutup 312 gerainya di berbagai negara, dengan penutupan terbanyak terjadi di Jepang, mencapai 233 gerai. Langkah pahit ini berimbas pada kerugian bersih sebesar US$ 3,7 juta atau sekitar Rp 60,82 miliar, sebuah penurunan drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatatkan laba hingga US$ 1,51 triliun.
Penutupan ratusan gerai ini memaksa Domino’s Pizza Enterprises, selaku pengelola jaringan, untuk menanggung biaya restrukturisasi yang fantastis, mencapai US$ 121 juta atau setara dengan Rp 1,98 triliun. Kondisi ini sangat kontras dengan kinerja tahun sebelumnya, dimana perusahaan masih mampu mencetak keuntungan signifikan. Secara global, Domino’s Pizza Enterprises mengoperasikan sekitar 3.500 gerai yang tersebar di Australia, Selandia Baru, Eropa, dan Asia.

Selain penutupan gerai, Domino’s juga memangkas dividen terakhirnya dari 50,4 sen menjadi 21,5 sen per lembar saham. Jack Cowin, Ketua Eksekutif Domino’s, menyatakan bahwa perusahaan akan fokus pada fundamental bisnis untuk menjaga daya saing, termasuk penghematan biaya, investasi ulang dalam pemasaran, serta dukungan lebih bagi mitra waralaba.
Salah satu strategi yang diambil adalah menghentikan pemberian diskon dan penggunaan voucher. Sebagai gantinya, Domino’s akan menerapkan strategi harga rendah setiap hari, dengan harapan dapat menghentikan penurunan penjualan yang menjadi penyebab kerugian tahunan pertama dalam 20 tahun terakhir. Cowin menjelaskan bahwa banyaknya diskon yang ditawarkan justru membingungkan pelanggan dan membuat mereka terbiasa membeli pizza hanya saat ada promo khusus, sehingga berdampak negatif pada penjualan reguler.
"Salah satu masalahnya adalah orang-orang tidak mendapatkan kejelasan tentang penawaran yang bagus," ujar Cowin. Domino’s akan meningkatkan program penghematan biaya dengan fokus utama pada teknologi dan pemasaran. Meskipun strategi penghentian diskon dan voucher berpotensi menurunkan penjualan dalam jangka pendek, Cowin meyakini bahwa langkah ini akan lebih menguntungkan dalam jangka panjang.
"Bisnis ini punya sejarah yang selalu berorientasi pada penjualan dengan segala cara, itu salah. Kami akan menoleransi penurunan penjualan jika lebih menguntungkan," tegas Cowin. Perusahaan akan berupaya keras meyakinkan pelanggan bahwa penawaran yang ada saat ini lebih bernilai dibandingkan dengan yang mereka dapatkan saat ada diskon khusus.