Notification

×

iklan dekstop

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Mengintip Pendidikan Dan Kurikulum Di Balik Jendela Sekolah

Senin, 19 September 2022 | September 19, 2022 WIB Last Updated 2022-09-19T07:10:35Z



Oleh : Danu Abian Latif
Ketua BEM FKIP Universitas Samudra/Manager Sekolah Menulis Cabang Langsa. Email: abiandanu12@gmail.com

Sangat menarik ketika kita membahas kedalam dunia pendidikan yang pastinya tak terlepas dengan kurikulum, karena pendidikan dan kurikulum satu komponen yang tak dapat di pisahkan, pendidikan adalah jalan menuju membangun peradaban lalu kurikulum sebagai rambu-rambu yang menuntun untuk mencapai tujuan itu. Pada dasarnya, kurikulum itu sederhana karena di rancang untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dalam proses belajar mengajar maupun berguna untuk masa depan. Kurikulum memuat segala prosedur proses belajar mengajar. Tujuan kurikulum yakni untuk menjadikan siswa yang tidak bisa, agar menjadi bisa, yang bandel menjadi disiplin, yang malas menjadi rajin dan seterusnya yang mengarah kepada hal menumbuhkan sifat positif siswa.

Kurikulum dapat di analogikan seperti jantung pendidikan dalam tubuh manusia, ketika jantung bermasalah, hidup kita akan bermasalah juga. Coba kita renungi kembali apakah pendidikan di indonesia saat ini sudah baik, atau dari tiap tahun ketahunnya malah terjadi kemunduran? Hal itu yang menjadi tanda tanya besar mengenai bagaimana kondisi kurikulum pendidikan kita saat ini. Yang pastinya pedidikan di negeri kita saat ini, sudah terjebak dalam paradigma Transfer Of Knowladge. Dengan metode ceramah, hari ini pendidikan sudah kalah kaprah, bak penempatan siswa yang hari ini sebagai konsumen dalam proses belajar mengajarnya seakan hanya mengikutin perintah. Contohnya: di sekolah anak didik belajar dari pagi hingga sore, mengerjakan tugas yang di berikan hingga larut malam. Ditambah lagi semua mata pelajaran seakan berlomba-lomba dalam memberikan tugas dengan harapan anak dapat memahami pelajaran yang telah di berikan, tanpa mereka sadari cara-cara ini telah merampas dunia anak, dan itu termasuk bagian dari implemented curriculum atau taught curriculum.

Mari kita evaluasi sejenak dan coba memahami apa itu pendidikan, supaya kita tidak miskonsepsi dalam mengartikan apa itu pendidikan. jika kita kembali ke akar kata pendidikan, education berasal dari bahasa latin educare yang dapat di artikan menuntun dan mengeluarkan. Pada intinya, upaya menuntun agar potensi yang ada di dalam diri peserta didik dapat keluar dan berkembang menjadi kompetensi yang berharga untuk bisa di kembangkan dan di berdayakan. Sehingga anak semakin siap, matang dan tangguh dalam menghadapi persoalan kehidupan.

Kalau saja kita faham akan asal dan tujuan pendidikan pada hari ini. pastinya kita tidak akan melihat pendidikan hari ini seperti Race-course yang hakikatnya seperti lintasan pacu yang menyediakan jalur untuk semua peserta pacuan. Pertandingan akan berlanjut bagi yang menang dan yang kalah akan di diskualifikasi. Kondisi seperti inilah yang terus saja di pertontonkan dalam dunia pendidikan saat ini. Pendidikan seolah hanya berpihak kepada anak yang sukses, ramah hanya untuk kepada mereka yang menang, dan bagi yang kalah dia akan tinggal kelas atau pindah sekolah dengan mutu pendidikan yang lebih rendah. Pendidikan menjadi tidak ramah kepada mereka yang gagal, pemikiran seperti ini di anggap wajar walaupun sesungguhnya hal ini mengingkari makna dari pendidikan itu sendiri. Dan seharusnya kurikulum yang di rancang hari ini harus membebaskan anak dari belenggu lintasan pacu ini. Apakah hari ini dunia pendidikan sudah menyediakan perasaan nyaman bagi peserta didik? Dengan menghukum dan mempermalukan murid misalnya memotong rambut di depan murid yang lain dengan alasan tidak rapi dan lain sebagainya.

Kondisi seperti itu terus berlangsung seolah tidak terjadi apa-apa dalam pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, dan pada ahirnya dapat kita bandingkan pelajar indonesia dengan pelajar yang ada di luar negeri, menurut survey PISA 2018 skor rata-rata Membaca, Matematika dan Sains pringkat pendidikan kita berada di posisi ke-71 dari 77 negara, Hal ini harus di pertanyakan salah satunya dari sistem pendidikan kita yang hari ini sudah di rasa kolot atau terlalu zaman di bandingkan negara-negara diluar sana, seharusnya kita sudah bisa mereformasi sistem pendidikan, dengan membuat pendidikan yang bisa menjadi wadah yang menumbuhkan rasa aman dan nyaman bagi si anak dalam menumbuh kembangkan kemampuannya, karena pendidikan seharusnya memerdekakan manusia, menghasilkan manusia yang selamat dan bahagia, pendidikan juga harus, kontinu, konvergen dan komsentris, ketika kita mengembangkan pendidikan kita, lingkungan sekitar kita juga akan membaik, dan itu juga akan membuat masa depan dunia pendidikan kita lebih baik lagi.

Sebagai penutup, dapat ditegaskan bahwa penyelamatan masa depan peserta didik jauh lebih utama, kondisinya tidak akan berpengaruh apa-apa tanpa ada keseriusan, ketulusan, dan komitmen para pendidik dalam mengimplementasikannya. Untuk itu, mari kita bersama-sama mengutamakan pelayanan kepada peserta didik dalam menumbuhkan perasaan nyaman dalam dunia pendidikan, jangan biarkan mereka kelelahan menunggu uluran tangan dan ketulusan hati kita, dan penulis berharap semoga pendidikan di indonesia dapat bersaing dengan pendidikan yang ada di luar negeri.